Rabu, 20 Juni 2012

Analisis Jumlah Wisatawan ke Wakatobi


     Indonesia memiliki sejuta pesona alam yang sangat indah di seluruh dunia, berbagai panorama alam yang menyuguhkan kekaguman bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Salah satunya yaitu Wakatobi yang merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tenggara. Beberapa tahun belakangan ini Wakatobi menjadi daerah tujuan wisata yang popular bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini disebabkan karena keindahan pantai Wakatobi yang memiliki air yang biru serta pasir putih ditambah dengan keindahan biota laut didalamnya sehingga dijuluki sebagai surga bawah laut bagi para wisatawan yang berkunjung kesana. Keindahan pantai wakatobi merupakan modal untuk menarik banyak wisatawan. Dan itu terbukti dari data yang dimiliki pemerintah kabupaten Wakatobi terkait jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi tahun 2010 yaitu sejumlah 3.000 orang dan di tahun 2011 meningkat sebesar 100% menjadi 6.000 orang. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah kunjungan wisata. Jika sebelumnya hanya tercatat sekitar 10.000 kali di tahun 2010, namun di tahun 2011 ini jumlah kunjungan wisata tercatat lebih kurang 15.000 kali. Artinya, satu wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi rata-rata antara dua dan tiga kali kunjungan.
     Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Wakatobi tersebut ikut memberi kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi. Tahun 2011, kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi mencapai 25 persen dan diharapkan di tahun 2012 mencapai 35 persen. Pemerintah Kabupaten Wakatobi saat ini masih memberi perhatian besar terhadap pengembangan pariwisata dengan mengalokasikan anggaran melalui APBD pada sektor tersebut sebesar lebih kurang Rp 5 miliar. Dana sebesar itu akan digunakan membiayai usaha industri ekonomi kreatif masyarakat, terutama pembinaan keterampilan bagi para perajin agar bisa menghasilkan kerajinan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Dana tersebut juga untuk membiayai kegiatan promosi pariwisata Wakatobi ke sejumlah negara, terutama Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik menjadi sasaran promosi pariwisata Wakatobi karena wisatawan dari dua kawasan itu belum banyak yang berkunjung ke Wakatobi. Para wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi saat ini masih didominasi wisatawan dari negara-negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan Swiss serta Amerika.
    Pemkab Wakatobi, Sulawesi Tenggara setiap tahunnya merencanakan program pengembangan pariwisata dengan  memperluas daerah tujuan wisata yang menjadi sektor andalan karena merupakan penyumbang pendapatan asli daerah Wakatobi. Untuk itu, pengembangan tujuan pariwisata alam, selain wisata bahari sangat penting. Selain melakukan penataan dan pengelolaan yang baik di bidang wisata bahari yang selama ini sudah terkenal, pihaknya mencoba lagi melakukan pemugaran objek-objek wisata alam yang tersebar di berbagai wilayah Wakatobi.
     Objek-objek wisata alam yang masuk dalam program pengembangan tujuan wisata tahun 2012 antara lain pemandian Kontamale di Kelurahan Wanci, Tee Luo di Desa Liya Togo, Pulau Kaludupa, Tomia dan Binongko . Objek wisata tersebut jika dikelola secara baik bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat setempat, serta para wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Jika dilihat dari kondisi daerah serta letak yang strategis, pulau yang paling menonjol ada di Tomia yakni pantai Hondue. Di pantai Hondue tersebut, selama ini sangat diminati baik warga lokal maupun wisatawan asing untuk dijadikan tempat rekreasi. Jadi, perlu sedikit saja pengembangan sehingga akan terlihat lebih bagus lagi. Sehingga dapat dipastikan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Wakatobi akan semakin meningkat setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 12.000 wisatawan di tahun 2012 karena didukung oleh program pemerintah daerah yang nyata terkait pengembangan daerah wisatanya.
    Secara nyata, kegiatan pariwisata di Wakatobi memberikan manfaat pada penjualan, keuntungan, lapangan kerja, pendapatan pajak dan penghasilan dalam suatu daerah di sebuah Negara. Dampak yang paling dirasakan langsung, terjadi di dalam sub-sektor pariwisata primer yaitu :
Ø  Akomodasi
Ø  Restoran
Ø  Transportasi
Ø  Entertainment
Ø  Souvenir
     Meningkatnya jumlah wisatawan di Wakatobi menimbulkan dampak ekonomi yaitu berupa  efek langsung (Direct Effects). Yaitu kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dari belanja wisatawan itu.
     Kegiatan pariwisata di pulau Wakatobi sedang mengalami kemajuan karena berdasarkan data yang ada terdapat peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya. Oleh karena itu manfaat yang didapat antara lain :
Ø  Meningkatkan devisa Negara dari sektor pariwisata.
Ø  Meningkatkan pendapatan daerah setempat (kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara).
Ø  Memperkuat nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Ø  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ø  Turut mempromosikan pariwisata di Indonesia (mouth to mouth) bagi wisatawan yang telah berkunjung ke ODTW di Indonesia.
Ø  Mendorong masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke ODTW di negara sendiri dibanding harus berlibur ke luar negeri.
     Sebagai generasi muda yang cinta tanah air, sebaiknya bangga terhadap kekayaan alam yang dimiliki negeri ini terutama pariwisatanya yang tidak kalah dengan negara lain. Objek wisata di Indonesia sangat banyak dan indah, untuk itu kita harus mengenali terlebih dahulu dibandingkan orang asing. Jumlah wisatawan domestik harus lebih banyak dibandingkan wisatawan mancanegara sehingga akan mencerminkan bahwa kita mencintai keindahan alam dan budaya negara sendiri yaitu Indonesia.

Sabtu, 26 Mei 2012

Tugas Ekonomi Pariwisata ( studi kasus "Bali and Global Tourism" )


DAMPAK EKONOMI DARI PEMBANGUNAN CLUB MED
Dunia kepariwisataan memang memiliki berbagai dampak ekonomi. Para ahli membedakan dampak ekonomi yang terjadi karena kegiatan pariwisata seperti pengembangan Club Med , yang terdiri dari :
Ø  Efek Langsung (Direct Effects) atau efek primer
Ø  Efek Tidak Langsung (Indirect Effects)  atau efek sekunder
Ø  Efek Induksi (Induced Effects) atau efek sekunder
Dampak total ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun induksi, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales), penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added).
Secara nyata, kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med) memberikan manfaat pada penjualan, keuntungan, lapangan kerja, pendapatan pajak dan penghasilan dalam suatu daerah di sebuah Negara. Dampak yang paling dirasakan langsung, terjadi di dalam sub-sektor pariwisata primer yaitu :
Ø  penginapan,
Ø  restoran,
Ø  angkutan,
Ø  hiburan
Ø  perdagangan eceran (retail)
Pada tingkat kedua, di sub-sektor sekundernya, berpengaruh pada sebagian besar sektor ekonomi. Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med) umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan dan penempatan tenaga kerja di daerah bersangkutan yang terjadi akibat kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med). Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan yaitu pertama-tama ke :
Ø  Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan.
Ø  Bidang Usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata.
Ø  Rumah Tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya.
Ø  Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga.
Direct Effects yaitu perubahan produksi sehubungan dengan dampak langsung atas perubahan belanja wisatawan. Misalnya, kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dari belanja wisatawan itu.
Indirect Effects. Perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai babak berikutnya dari penerimaan hotel kepada industri para pemasoknya, yaitu pemasok barang dan jasa kepada hotel. Misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri linen (sprei, selimut, bed-cover, handuk, taplak dsb.) adalah salah satu dari efek tidak langsung (indirect effect) dari perubahan penjualan hotel. Usaha-usaha pemasok barang dan jasa kepada perusahaan linen merupakan babak lain dari efek tidak langsung, yang akhirnya tidak terlepas dari keterkaitan hotel dengan banyak sektor ekonomi lainnya di daerah itu sampai pada beberapa tingkat.
Dalam contoh sederhana dapat digambarkan seperti berikut:
Misalnya suatu daerah berhasil menarik 200 tambahan wisatawan, masing-masing membelanjakan $100 per hari, sehingga total belanja mereka per hari di daerah itu adalah $20.000. Jika berlangsung selama 100 hari dalam satu musim liburan, maka daerah itu akan dapat mengakumulasi sejumlah $2.000.000 sebagai transaksi penjualan baru. Satu juta dollar itu terbagi ke berbagai bidang usaha, seperti penginapan, restoran, hiburan dan perdagangan eceran dengan proporsi tergantung pada bagaimana wisatawan itu membelanjakan uangnya yang $100 itu. Mungkin, 30% dari satu juta dollar itu akan “mengalir” (bocor) ke luar daerah itu yang diperlukan untuk membayar barang dan jasa yang dibeli wisatawan namun tidak diproduksi di daerah yang bersangkutan (barang dan jasa seperti itu lazimnya diperhitungkan sebagai dampak penjualan langsung). Karena “kebocoran” tadi, maka sisanya yang $1.400.000 dalam bentuk penjualan langsung akan menghasilkan $350.000 penghasilan dalam industri pariwisata dan menunjang 20 lapangan kerja pariwisata. Kita tahu bahwa industri pariwisata bersifat padat karya dan padat penghasilan, menciptakan proporsi penjualan yang besar menjadi penghasilan dan lapangan kerja terkait. Sebaliknya, industri pariwisata membeli barang dan jasa dari industri lainnya di daerah itu dan membayarkan sebagian besar dari $350.000 penghasilannya untuk upah dan gaji karyawannya. Inilah yang menciptakan dampak sekunder ekonomi di daerah tersebut.Sebuah penelitian misalkan menggunakan faktor pengganda (multiplier factor) 2,0 untuk menunjukkan bahwa tiap dollar dari penjualan langsung menghasilkan satu dollar tambahan dalam penjualan sekunder di daerah yang bersangkutan. Dengan nilai pengganda 2,0, maka dampak ganda dari $1.400.000 dalam penjualan langsung itu menghasilkan total penjualan sebesar $2.800.000. Selanjutnya penjualan sekunder itu menciptakan tambahan penghasilan dan lapangan kerja, yang menghasilkan dampak total dalam penjualan sejumlah $2,8 juta, serta $650.000 penghasilan dan 35 lapangan kerja. Perubahan dalam kegiatan ekonomi yang terjadi karena belanja rumah tangga dari penghasilan yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari belanja wisatawan. Misalnya, karyawan hotel dan industri linen, yang ditunjang langsung atau tidak langsung oleh adanya pariwisata, membelanjakan uang mereka di daerah setempat untuk perumahan, makanan, angkutan dan serangkaian kebutuhan barang dan jasa untuk rumah tangga. Maka penjualan, penghasilan dan lapangan kerja yang dihasilkan oleh belanja rumah tangga dari tambahan upah, gaji atau penghasilan pemilik merupakan Efek Induksi (induced Effects). Melalui efek tidak langsung dan efek induksi, perubahan belanja wisatawan sebetulnya dapat mempengaruhi tiap sektor ekonomi dengan berbagai jalan. Besaran efek sekunder tergantung pada kecenderungan usaha dan rumah tangga di daerah tersebut untuk membeli barang dan jasa dari pemasok lokal. Efek induksi akan dirasakan, khususnya jika sebuah pemberi kerja menutup usahanya. Bukan hanya industri penunjangnya yang menderita (indirect effect), melainkan seluruh ekonomi setempat terkena dampaknya mengingat berkurangnya penghasilan rumah tangga di daerah itu. Misalnya, toko-toko eceran tutup, “kebocoran uang” ke luar daerah itu meningkat karena penduduk pergi ke luar daerah untuk mencari barang dan jasa. Dampak sebaliknya akan terjadi jika kenaikan penghasilan dan lapangan kerja meningkat tajam.

Pemakai terakhir (Final demand) merupakan istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk penjualan kepada konsumen terakhir. Pemakai terakhir barang dan jasa pariwisata adalah rumah tangga, yaitu rumah tangga para wisatawan, para karyawan, pegawai negeri, para pengusaha, para petani, para peternak dsb. Demikian pula halnya belanja pemerintah dinilai sebagai pemakai terakhir.
Manfaat Club Med bagi perekonomian negara maju dan negara berkembang :
Ø  Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan Negara
Ø  Memperkuat nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing
Ø  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Masalah ekonomi yang ditimbulkan terhadap negara-negara maju dan berkembang yaitu munculnya Economic Leakages, hal ini disebabkan karena Club Med dimiliki oleh orang perancis, berarti keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha Club Med akan dialihkan ke negara perancis.

Senin, 14 Mei 2012

BAB IV ( Perhitungan Penerimaan Devisa dari Sektor Pariwisata )


  1. Buatlah suatu rancangan penelitian penerimaan devisa dari sektor pariwisata negara/daerah tempat tinggal anda. Buatkan kerangka kerja penelitian anda yang memuat data-data apa saja yang diperlukan, dimana memperolehnya, tahapan dalam proses analisisnya serta hal-hal lain yang menurut pendapat anda bisa dimasukan kedalam kerangka kerja tersebut ?
 Jawab :

KERANGKA KERJA PENELITIAN PENERIMAAN DEVISA SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI BANTEN
 1.   Sumber Informasi
      a.      Badan-badan Pusat Statistik
Data-data yang terkait dengan jumlah wisatawan di tahun yang akan diteliti akan saya dapatkan dengan mencarinya melalui Badan pusat statistic provinsi Banten khususnya untuk sector pariwisata. Berikut contoh Jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menurut badan pusat statistic provinsi Banten.

Tabel 2.  Jumlah Tamu Asing dan Domestik yang Menginap di Hotel Banten
(Number of Domestic, Foreign Guest of Hotel in Banten)

Tahun/ Year
 Tamu Hotel/ Guest (Person)
Domestik/ Domestic
Asing/ Foreign
1999
314 207
47 645
2000
415 734
54 455
2001
425 321
58 765
2002
495 543
45 585
2003
930 943
51 803
2004
     873 295
       86 438
2005
876 528
140 276
2006
876 424
139 976
2007
880 148
140 612
2008
939 971
138 730
2009
49 967
1 099 241
2010
54 853
1 095 999
 


Sumber : BPS Provinsi Banten,
2.    Metode Penelitian
a.                                                 Metode Perkiraan
Saya akan menggunakan metode ini dalam melakukan penelitian. Yaitu dengan cara melakukan perkiraan yang berdasarkan dari corak dan tingkat perekonomian kelompok yang melakukan perjalanan wisata. Misalnya pengusaha, karyawan biasa, pelajar, pensiunan dan public figure. Kemudian dengan mempertimbangkan factor kebangsaan dari wisatawan yang datang.
          3. Hal-hal yang diketahui dalam memperkirakan penerimaan devisa
                          a.    Jumlah wisatawan
    Wisatawan yang diketahui yaitu wisatawan asing dan wisatawan domestic.
                          b.     Rata-rata lama tinggal wisatawan
    Yaitu dengan mengetahui tingkat rata-rata lamanya seluruh wisatawan berada     disuatu daerah atau Negara tujuan wisatawan.
c.    Rata-rata pengeluaran wisatawan per hari
   Dengan membedakan rata-rata pengeluaran dari wisatawan asing dan wisatawan domestic per harinya.
      d.      Pendapatan Regional
     Mencari tahu berapa pendapatan regional (provinsi Banten) dalam tahun yang ditentukan.
      e.       Nilai Tambah
  Mengetahui besarnya penambahan nilai suatu produk atau jasa karena mempergunakan bahan baku berbentuk barang atau jasa yang berasal dari tempat yang sama dalam hal ini yaitu di provinsi Banten.
  4.    Intensitas Pariwisata
Yaitu besarnya kepadatan wisatawan per malam wisatanya dibanding jumlah penduduk yang terdapat di suatu daerah (provinsi Banten). Untuk menghitungnya dengan rumus :

TI
=
((Nf x Lf) + (Nd x Ld)) x100%
                  P


Setelah memperoleh beberapa data diatas, maka langkah selanjutnya yaitu dengan menghitung Penerimaan devisa dari sector pariwisata di Provinsi Banten yaitu dengan rumus :

Y
=
(Nd x Ld x ed)
+
(Nf x Lf xef)



Dan yang terakhir dengan menghitung berapa kontribusi sector pariwisata terhadap pendapatan regional provinsi Banten. Adapun rumusnya :

CT
=
Y x Va x 100%
         NY

5. Propinsi Kopo memiliki jumlah penduduk 8.310.000 jiwa. Pada tahun 1993, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi provinsi ini tercatat sebanyak 678.542 orang. Sedangkan wisatawan nusantara yang datang melakukan kegiatan wisata di kawasan ini berjumlah 1.134.860 orang wisatawan. Menurut kantor pariwisata Kopo kecenderungan kegiatan pariwisata di daerah ini adalah sebagai berikut :

a.   Pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per hari adalah 75 US$, sedang wisatawan nusantara memiliki pengeluaran rata-rata per harinya sebesar  Rp.25.000
b.      Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10 hari sedangkan wisatawan nusantara 5 hari.
c.       Nilai tambah Provinsi Kopo diketahui besarnya 45%
d.      Pendapatan regional provinsi ini diketahui sebesar Rp.1.625.000.000.000,00
e.       Pada tahun 1993 1 US $ sebanding dengan Rp.2.500,-

Anda diminta untuk :

1.      Menghitung dan memberikan analisis atas intensitas pariwisata provinsi Kopo.
Jawab :
TI
=
((Nf x Lf) + (Nd x Ld)) x 100%
                  P

                                                      = ((678.542x10)+(1.134.860x5))/8.310.000x100%
                                                      = (12.459.720/8.310.000)x100%
                                                      = 150


2.   Menghitug besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan sektor pariwisata di provinsi Kopo.
Jawab :
Y
=
(Nd x Ld x ed)
+
(Nf x Lf x ef)

                                 =   ( 1.134.860 x 5 x 25.000 ) + ( 678.542 x 10 x 187.500 )
                                 =  141.857.500.000  +  1.272.266.250.000
                                 = Rp 1.414.123.750.000 

3.      Menghitung besarnya sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan regional provinsi ini.
Jawab :
CT
=
Y x Va x 100%
         NY

                             =  ( 1.414.123.750.000 x 45 %)/1.625.000.000.000 x 100%
                             = 39 %

4.      Buatkan analisis mengenai kondisi kegaitan pariwisata di provinsi Kopo ditinjau dari sumbangan kegiatan sektor pariwisata.
Jawab :
      Berdasarkan besarnya sumbangan dari sector pariwisata diprovinsi KOPO didapatkan hasil sebesar 39%. Ada pun jika dibandingkan pendapatan regional sebesar Rp. 1.625.000.000.000,- maka didapatkan hasil sebesar Rp. 633.750.000.000,-
     
      Jumlah dari Rp. 633.750.000.000,- atau 39% dari pendapatan regional merupakan sumbangan kegiatan sector pariwisata di propinsi KOPO tahun 1993. Dan ini merupakan angka yang cukup besar di tahun 1993 serta kemungkinan akan lebih besar di tahun berikutnya.